Guru Harus Arahkan Murid ke Kearifan Lokal, Kata Dirjen Dikdasmen
Pendidikan tidak hanya soal transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga pembentukan karakter dan identitas. Dalam konteks ini, Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) menegaskan bahwa guru harus arahkan murid ke kearifan lokal. Pesan ini menekankan pentingnya memperkenalkan dan menanamkan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya dan tradisi setempat kepada generasi muda. Ini adalah langkah krusial untuk menjaga akar budaya bangsa di tengah arus globalisasi.
Kearifan lokal mencakup berbagai aspek, mulai dari nilai-nilai gotong royong, toleransi, etika lingkungan, hingga praktik-praktik adat yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Ketika guru harus arahkan murid pada pemahaman ini, mereka tidak hanya mengajarkan teori, tetapi juga memberikan pengalaman nyata tentang bagaimana nilai-nilai tersebut diaplikasikan. Misalnya, melalui kegiatan berbasis proyek yang melibatkan eksplorasi situs sejarah lokal, partisipasi dalam upacara adat (jika sesuai dan diizinkan), atau studi tentang praktik pertanian tradisional yang berkelanjutan.
Manfaat dari penanaman kearifan lokal ini sangat besar. Pertama, ini membantu siswa mengembangkan rasa bangga terhadap identitas budaya mereka. Kedua, kearifan lokal seringkali mengandung solusi adaptif terhadap masalah-masalah sosial dan lingkungan yang relevan hingga saat ini, memberikan perspektif alternatif dari solusi modern. Ketiga, pemahaman terhadap budaya sendiri dapat memupuk sikap toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan, karena siswa belajar mengenali keberagaman yang ada di lingkungan mereka sendiri sebelum berinteraksi dengan budaya lain. Oleh karena itu, guru harus arahkan murid secara sistematis.
Sebagai contoh, pada hari Selasa, 7 Mei 2024, pukul 11.00 WIB, dalam sebuah seminar pendidikan bertema “Pendidikan Berbasis Karakter dan Budaya” di Jakarta, Dirjen Dikdasmen, Ibu Dr. Sri Rejeki, menegaskan bahwa peran guru sangat sentral dalam mentransformasi kearifan lokal menjadi bagian tak terpisahkan dari kurikulum dan kegiatan ekstrakurikuler. Beliau juga menambahkan bahwa sudah saatnya guru harus arahkan murid pada praktik nyata pelestarian budaya.
Dengan demikian, ketika guru harus arahkan murid ke kearifan lokal, mereka tidak hanya memenuhi tuntutan kurikulum, tetapi juga memainkan peran vital dalam menjaga warisan budaya bangsa. Ini adalah investasi jangka panjang untuk menciptakan generasi yang cerdas secara intelektual, kuat secara karakter, dan bangga akan identitas budayanya.