Disiplin di Atas Matras: Aturan Kehormatan dan Etika yang Membentuk Karakter Atlet Gulat
Gulat adalah olahraga pertarungan individu yang menuntut agresi dan kekuatan fisik, namun ironisnya, ia juga merupakan salah satu disiplin ilmu bela diri yang paling ketat dalam hal tata krama dan rasa hormat. Aturan Kehormatan dan Etika di atas dan di luar matras adalah fondasi yang membentuk karakter seorang atlet gulat, menanamkan nilai-nilai seperti kerendahan hati, disiplin diri, dan rasa hormat yang mendalam terhadap lawan, pelatih, dan wasit. Filosofi gulat mengajarkan bahwa intensitas fisik di matras harus diimbangi dengan kedewasaan mental. Nilai-nilai ini menjadi bekal penting bagi atlet dalam menghadapi tantangan hidup di luar arena kompetisi.
Salah satu Aturan Kehormatan dan Etika yang paling terlihat adalah penghormatan kepada lawan sebelum dan sesudah pertandingan. Setiap pegulat wajib melakukan kontak tangan (handshake) dengan lawan sebelum memulai pertarungan dan segera setelah peluit akhir berbunyi, terlepas dari hasil pertandingan. Ritual ini adalah simbol pengakuan bahwa pertarungan adalah kompetisi yang adil dan intensitas di matras bersifat profesional. Tindakan ini secara eksplisit memisahkan agresi yang diperlukan dalam olahraga dari permusuhan pribadi. Pada Kejuaraan Nasional Gulat Remaja di bulan Juli 2025, Wasit Utama Bpk. Slamet, S.H., bahkan memberikan kartu peringatan kepada seorang atlet yang menolak handshake pasca-pertandingan, menekankan pentingnya ritual etika ini.
Selain terhadap lawan, disiplin gulat juga sangat menuntut rasa hormat terhadap pelatih dan wasit. Atlet harus selalu mematuhi instruksi wasit tanpa membantah, bahkan ketika keputusan dirasa merugikan. Demikian pula, di ruang latihan, Aturan Kehormatan dan Etika mewajibkan atlet senior untuk membimbing junior dan semua atlet harus bertanggung jawab atas kebersihan dan perawatan matras. Tanggung jawab kolektif ini menumbuhkan rasa kepemilikan dan komunitas. Sebagai contoh, di pusat pelatihan, sesi latihan selalu diakhiri (misalnya pukul 18.00 WIB) dengan ritual membersihkan matras secara beramai-ramai oleh seluruh peserta, dari pegulat elit hingga pemula.
Prinsip lain yang diterapkan di matras adalah humility atau kerendahan hati. Gulat adalah olahraga di mana kekalahan tidak dapat disembunyikan. Seorang atlet yang bangga harus cepat belajar dari kekalahan dan kembali berlatih, alih-alih mencari kambing hitam. Lingkungan ini secara alami menyaring atlet yang memiliki ego berlebihan, mempertahankan mereka yang memiliki kemauan untuk belajar dan tumbuh, menjadikan gulat sebagai pembentuk karakter yang kuat dan disiplin.
